Donat adalah makanan yang populer di berbagai budaya di seluruh dunia. Asal mula donat bisa ditelusuri kembali ke masa lampau, meskipun ada beberapa versi tentang sejarahnya yang berbeda. Salah satu teori adalah bahwa donat berasal dari "oily cakes" (kue berminyak) yang dibuat oleh orang-orang Arab pada abad ke-7 Masehi.
Pada abad ke-15, bangsa Belanda memperkenalkan makanan yang disebut "olykoeks" (kue berminyak) selama masa penjelajahan mereka di Amerika Serikat. Kue ini merupakan kue berminyak yang digoreng dalam lemak babi. Seiring waktu, kue ini menjadi populer di Belanda dan diubah namanya menjadi "oliebol" (bola berminyak).
Pada abad ke-19, para imigran Belanda membawa tradisi oliebol ke Amerika Serikat. Di Amerika, donat mulai dikenal dengan nama "doughnut," dan bentuknya mulai berubah menjadi cincin dengan lubang di tengahnya.
Ada beberapa teori mengapa donat memiliki lubang di tengahnya. Salah satu teori adalah bahwa awalnya donat dibuat dengan adonan yang padat dan seringkali belum matang sempurna di bagian tengah. Untuk memastikan adonan matang merata, mereka membuat lubang di tengah donat sehingga bagian dalamnya dapat matang dengan lebih baik. Lubang juga membantu donat mempertahankan bentuknya saat digoreng.
Teori lain mengatakan bahwa lubang di tengah donat diciptakan oleh seorang pelaut Amerika Serikat bernama Hanson Gregory pada abad ke-19. Menurut cerita, Gregory merasa bahwa donat yang dibuatnya terlalu kalis dan mentah di bagian dalamnya. Oleh karena itu, ia menggunakan tutup botol untuk membuat lubang di tengah donat agar matang merata dan lebih enak.
Namun, terlepas dari asal mula lubang di tengah donat, bentuknya yang khas dengan lubang tersebut telah menjadi ciri khas donat modern yang dikenal dan disukai oleh banyak orang di seluruh dunia. Donat kini memiliki berbagai variasi rasa, topping, dan isian yang berbeda, dan tetap menjadi makanan yang populer dan lezat.